Indonesia Emas 2045 Butuh Figur Pemuda Nasionalis, Reano Panjaitan Jadi Sorotan
0 menit baca
INDOLIN.ID | JAKARTA — Diskursus kepemudaan kembali menguat seiring mencuatnya dua isu penting: wacana revisi Undang-Undang Kepemudaan dan sosok calon Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang akan dipilih Presiden Prabowo Subianto.
Di satu sisi, Indonesia sedang menghadapi momentum bonus demografi dengan populasi usia produktif yang sangat dominan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, penduduk usia 15–64 tahun mencapai 190,97 juta jiwa (69,25% dari total populasi). Dari jumlah itu, sekitar 65,8 juta jiwa berusia 16–30 tahun, sedangkan kelompok 31–40 tahun mencapai 43 juta jiwa. Artinya, hampir 40% penduduk Indonesia berada di rentang usia 16–40 tahun.
Kondisi ini mendorong kuatnya desakan agar UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan direvisi. Selama ini, batas usia pemuda hanya ditetapkan 16–30 tahun. Dengan memperluas hingga 40 tahun, potensi produktif kelompok usia 31–40 tahun dapat lebih optimal diberdayakan. Mereka dinilai tengah berada di puncak kontribusi dalam bidang ekonomi, sosial, politik, hingga inovasi.
Ketua Umum KNPI, Reano Panjaitan, yang belakangan disebut-sebut sebagai kandidat Menpora, menegaskan perlunya reformasi kebijakan kepemudaan agar sesuai dengan realitas demografi.
“Usia 31–40 tahun adalah usia emas produktivitas. Jangan sampai potensi ini terabaikan, karena merekalah yang sedang berada di puncak kontribusi bangsa,” ujar Reano.
Sejalan dengan visi Presiden Prabowo yang menekankan nasionalisme, loyalitas, dan disiplin, figur Menpora yang dibutuhkan adalah sosok yang tidak hanya dekat dengan generasi muda, tetapi juga mampu menjembatani aspirasi lintas generasi.
Pengamat kepemudaan, Ahmad Fadly, menilai Reano memiliki kapasitas tersebut.
“Pemuda harus menjadi garda depan persatuan bangsa sekaligus siap menghadapi tantangan global. Figur seperti Reano Panjaitan punya modal itu: pengalaman organisasi, komunikasi dengan generasi muda, dan kepedulian pada olahraga serta kreativitas,” katanya, Senin (15/9).
Hal senada disampaikan Ketua Forum Pemuda Nusantara, Dini Maharani, yang menilai Reano mampu merangkul semua kalangan.
“Beliau dekat dengan generasi Z dan milenial, aktif di media sosial, tapi juga bisa berdialog dengan pemuda desa. Itu penting agar kebijakan Menpora menyentuh semua,” ucapnya.
Dukungan juga datang dari kalangan olahraga. Aktivis olahraga nasional, Yudha Siregar, menilai Reano memahami arti penting pembinaan prestasi.
“Olahraga bukan hanya soal medali, tapi juga membangun karakter bangsa. Reano Panjaitan punya visi itu, sejalan dengan semangat Presiden Prabowo,” jelasnya.
Sementara itu, suara pemuda nasionalis juga turut menguat. Fredi Moses Ulemlem, alumni GMNI, menegaskan bahwa revisi UU Kepemudaan dan hadirnya figur seperti Reano Panjaitan akan memperkuat arah pembangunan bangsa.
“Bonus demografi ini harus dimanfaatkan dengan keberanian politik yang jelas. Reano Panjaitan mewakili generasi muda yang progresif, nasionalis, dan visioner. Dengan kepemimpinan yang sejalan dengan visi kebangsaan Presiden Prabowo, masa depan pemuda Indonesia bisa lebih terjamin,” tegas Fredi.
Masa bonus demografi Indonesia diproyeksikan berlangsung hingga 2040, dengan puncak produktivitas pada 2020–2030. Para pengamat mengingatkan, peluang ini hanya bisa dimanfaatkan bila kebijakan kepemudaan inklusif dan tepat sasaran.
Revisi UU Kepemudaan untuk memperluas batas usia pemuda hingga 40 tahun dinilai akan memperpanjang masa investasi produktif bangsa. Bila hal ini bersamaan dengan munculnya figur Menpora visioner seperti Reano Panjaitan, Indonesia dinilai akan lebih siap menghadapi tantangan global menuju Indonesia Emas 2045.
Kini publik menantikan langkah Presiden Prabowo: apakah akan merestui revisi UU Kepemudaan sekaligus memilih Menpora yang mampu menjadi wajah baru generasi muda Indonesia. Bila Reano Panjaitan dipercaya, hal itu akan menjadi sinyal kuat bahwa pemerintahan Prabowo benar-benar memberi ruang nyata bagi generasi muda untuk tampil di panggung strategis nasional, berakar pada nilai kebangsaan, dan berpijak pada harapan masa depan Indonesia yang lebih maju dan bermartabat.(sa/by)